Potensi genetis bibit (PGB) adalah potensi yield produksi (ton/ha) yang disampaikan oleh produsen benih sesuai hasil yang diperoleh di kebun percobaan milik produsen benih.

Potensi genetis bibit ini perlu disesuaikan dengan kondisi dimasing – masing kebun yang disebut Site Yield Potensial (SYP).

Secara umum, baik PGB maupun SYP memiliki pola produksi yang sama berbentuk parabola seperti berikut.

Sumber : Presentasi Khoiri, I. 2021

Baik untuk kelas lahan S1/ S2/ S3, mulai tahun ke-3 potensi produksi akan terus meningkat dan mencapai puncaknya (peak produksi)  sampai tahun ke-10 s/d 13. Setelah melewati tahun ke-13, potensi produksi semakin menurun sampai tahun ke-25.

Q : Mungkinkah setelah tahun ke-13 potensi produksi terus meningkat?

A : jika jawabannya tidak mungkin, maka berhentilah berinovasi, jalani saja rutinitasnya ?

Produktivitas Kelapa Sawit di Areal Aplikasi Kompos + 50-75% Pupuk Anorganik

Sumber : Presentasi Khoiri, I. 2021

Tahun Tanam (TT) paling tua 1991 ditahun 2015 berumur 24 tahun dan di tahun 2020 berumur 29 tahun.

Tahun tanam (TT) paling muda 1998 ditahun 2015 berumur 17 tahun dan ditahun 2020 berumur 22 tahun.

Beberapa fakta menarik dari grafik produksi ini adalah:

  • Ditahun kalender 2017 dan 2018, terjadi peningkatan produksi disemua tahun tanam.

à karena terjadi disemua tahun tanam, berkemungkinan kondisi iklim yang mendukung ditahun 2017 dan 2018

  • Jika dibandingkan realisasi produksi ditahun 2015 vs ditahun 2020, hampir semua tahun tanam mengalami kenaikan produksi.

à tren kenaikan produksi umur tanaman 17 – 24 tahun vs umur 22 – 29 tahun ini mematahkan pola produksi PGB dan SYP

  • Realisasi yield produksi tertinggi 32,38 ton/ha terjadi diumur tanaman 20 tahun, sepertinya melebihi potesi genetis bibit PPKS.

Info dari presenter saat pelatihan online di BPI:

  • aplikasi kompos + 50-75% pupuk anorganik
  • Proyek pengomposan dimulai tahun 2008, artinya sudah berjalan selama 7 tahun (tahun 2015) dan 12 tahun (tahun 2020)
  • Tahun 2008 – 2012 dosis aplikasi kompos 10 ton/ha, tahun 2013 – 2017 dosis aplikasi kompos 15 ton/ha, dan tahun 2018 sampai saat ini dosis aplikasi kompos 30 ton/ha

à dosis aplikasi kompos bukan jankos

  • Aplikasi pupuk kimia dilakukan diatas tumpukan kompos.

 

Fakta menarik yang perlu didiskusikan adalah apa yang menyebabkan tren kenaikan produksi setelah tanaman berumur >17 tahun?

  1. Dengan kenaikan tren produksi melebihi potensi genetis bibit (PGB) dan Site Yield Potensial (SYP) menandakan ada perbaikan dilahan, baik kesuburan lahan maupun kesehatan lahan.

Jika dilihat dari 6 faktor produksi berdasarkan PPKS, yaitu bahan tanaman, tanah, biotik, kultur teknis, iklim dan pengelolaan panen maka 4 faktor konstan (tidak berubah) dan 2 faktor berubah, yaitu tanah dan biotik.

  1. Pertama aplikasi kompos adalah tahun 2008 dan dilakukan secara rutin setiap tahunnya. 7 tahun kemudian ditahun 2015 – 2016 (sesuai data di grafik) masih terdapat kenaikan yield produksi, bahkan berlanjut 5 tahun berikutnya yaitu tahun 2020.

Hal ini menandakan kondisi tanah dan biotik seiring waktu mengalami perbaikan dengan aplikasi kompos secara rutin.

Kata kunci: rutin setiap tahun dilokasi yang sama.

Bisa jadi sebelum 7 tahun aplikasi rutin kompos, kenaikan yield produksi ini juga sudah terjadi. Yang menjadi pertanyaan adalah pada tahun ke berapa efek aplikasi kompos ini benar terasa terhadap kenaikan yield produksi?

  1. Aplikasi kompos + 50-75% pupuk anorganik tetap dilakukan sampai saat ini, dalam arti kata tidak dilakukan substitusi 100% pupuk anorganik.

Prinsip penghematan biaya pupuk vs Prinsip optimalisasi yield produksi.

Dalam fakta diatas, diterapkan gabungan kedua prinsip dimana pupuk anorganik dikurangi 25-50% dan digantikan dengan kompos.

Jika biaya aplikasi pupuk dengan dosis 7,5 kg/pokok adalah sebesar 6,4 juta/ha, maka pengurangan biaya pupuk adalah 1,6 – 3,2 juta/ha. Biaya inilah yang digunakan untuk proyek pengomposan.

 

Kebutuhan unsur hara tanaman dapat dipenuhi oleh 50-75% pupuk anorganik dalam artian efisiensi serapan hara oleh akar tanaman meningkat 25-50% bahkan lebih, ditandai yield produksi yang meningkat.

  1. Lokasi aplikasi pupuk anorganik adalah diatas tumpukan kompos.

Kompos yang diaplikasi ditempat yang sama setiap tahunnya yaitu diantara pokok sawit tentunya menghasilkan lapisan humus dipermukaan tanah. Humus dengan segala manfaatnya menjadi tempat terbaik bagi aplikasi pupuk anorganik.

 

Tempat selain tumpukan kompos yang ideal untuk aplikasi pupuk anorganik adalah di gawangan mati tempat pengomposan alami dari pelepah sawit.

Demikian analisa sederhana untuk artikel “Mematahkan pola produksi potensi genetis bibit” ini disampaikan, semoga dapat menjadi inspirasi dan bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Bagikan Artikel Menarik Ini, Pilih Platform Anda!

KEBUN SAWIT TIDAK PERLU DIPUPUK, MUNGKINKAH?
PUSINGAN TINGGI PASCA LEBARAN, NO WORRY !

Penulis

Friyandito