MEMAHAMI PANCA INDERA SEBAGAI JEMBATAN PEMBELAJARAN

Semangat pagi…

Salam Planter Indonesia Hebaaat

 

Panca indera, berupa mata, telinga, hidung, mulut dan kulit adalah anugerah terbaik yang diberikan Sang Pencipta kepada kita. Dan kita wajib mensyukurinya.

Secara kita sadari sepenuhnya, interaksi diri kita dengan lingkungan disekitar sangat tergantung pada panca indera.

  • Mata : kita bisa melihat kondisi lingkungan disekitar karena adanya cahaya yang diterima oleh mata.
  • Telinga : kita bisa mendengarkan suara yang ada disekitar kita karena adanya telinga.
  • Hidung : kita bisa mencium aroma berkat adanya hidung.
  • Lidah : kita mengecap rasa suatu benda dengan menggunakan lidah
  • Kulit : kita bisa merasakan perubahan suhu, kelembaban dan pergerakan udara disekitar kita.

 

Semua indera ini terkoneksi dengan otak manusia. Panca indera menjadi bagian hulu, dan pikiran sebagai hilir atau muaranya.

Sebelum melangkah lebih jauh, kita perlu merenungi, apa yang akan terjadi jika salah satu atau salah dua dari indera kita tidak berfungsi. Apakah hubungan kita dengan dunia diluar diri kita menjadi terputus?  

Misalkan : tuna netra (orang yang tidak bisa melihat), apakah hidupnya akan menjadi gelap tidak bisa melihat apa – apa?

Faktanya : Ketika salah satu indera mengalami malfunction (kodarullah), maka indera lainnya akan menutupi kekurangan yang muncul tadi, dengan kata lain indera yang masih berfungsi akan mengalami peningkatan kinerja. Biasanya, indera pengelihatan akan digantikan dengan indera pendengaran (fungsi kinerja telinga meningkat) atau digantikan dengan indera perasa (fungsi kinerja kulit meningkat).

Menggunakan prinsip logika terbalik, jika kondisi normal – normal saja, mungkinkan fungsi kinerja panca indera ini ditingkatkan? Jawabannya sangat memungkinkan.

Kita bisa mengamatinya dari perbandingan kondisi panca indera kita dibandingkan kondisi panca indera orang – orang disekitar kita. Semua ini bagian dari “fitrah” manusia.

Ada 5 istilah lain dari panca indera yang sering digunakan dalam proses pembelajaran, yaitu :

  1. Visual – Penglihatan – Mata
  2. Auditori – Pendengaran – Telinga
  3. Kinestetik – Perabaan – Kulit
  4. Olfaktori – Penciuman – Hidung
  5. Gustatori – Pengecap (taste) – Lidah

 Untuk point 1, 2 dan 3 menjadi fokus pembahasan kita pada artikel ini, karena berkaitan langsung dengan reaksi terhadap lingkungan. Sedangkan point 4, dan 5 lebih ke aksi terhadap lingkungan.

Kita mencoba membandingkan 3 kondisi ekstrim ini.

  • Kondisi 1 : kita melihat charlie chaplin sedang sedang berpanthomin.

Apakah kita mengerti apa yang sedang dikerjakan oleh Charlie Chaplin?
Indera mana yang sedang bekerja?

  • Kondisi 2 : kita berada didalam kamar sambal tiduran mendengarkan suara music dari HP.

Apakah kita bisa mengikuti lirik lagu yang sedang dinyanyikan?

Indera mana yang sedang bekerja?

  • Kondisi 3 : Didalam ruangan kelas, Ketika guru sedang menjelaskan pelajaran matematika, kita merasa gerah, berkeringat karena cuaca panas dan tidak ada pendingin ruangan (air conditioner).

Apakah kita bisa mengikuti pelajaran dengan baik?

Indera mana yang sedang bekerja?

 

Dalam pendekatan Multy Sensory Learning, semakin banyak indera yang digunakan dalam proses pembelajaran, maka proses pembelajarannya akan semakin baik.

Minimal indera visual, auditorial dan kinestetik ini bisa dikolaborasikan dalam merancang suatu program pembelajaran.

Kolaborasi 3 indera diatas barulah tahap awal dalam upaya meningkatkan kualitas program pembelajaran.

Tahap berikutnya adalah meningkatkan fungsi kinerja dari masing – masing indera (diatas fungsi normal), agar dapat lebih cepat dan lebih tepat dalam menangkap stimulus yang berasal dari lingkungan.

Istilah “lebih cepat” dan “lebih tepat” ini menarik untuk dibahas lanjut.

Secara sederhananya, setiap orang memiliki panca indera yang dominan. Dimana fungsi indera ini mencerminkan adaptasi yang lama terhadap lingkungan, bukan bawaan lahir atau keturunan.

  • Si anak yang dibiasakan sejak kecil mengamati kondisi disekitarnya akan cenderung memiliki kemampuan visual diatas rata – rata.
  • Si anak yang dibiasakan sejak kecil mendengarkan music atau suara tertentu, akan cenderung memiliki kemampuan auditorial diatas rata – rata.
  • Si anak yang tahan cuaca panas atau cuaca dingin, santai melangkah dijalan kerikil tanpa alas kaki memiliki kemampuan kinestetik diatas rata – rata.

Kata kuncinya adalah “dibiasakan”.

Dalam merancang sebuah kegiatan pembelajaran, latar belakang peserta menjadi faktor perhatian penting. Dari mengetahui indera dominan yang digunakan peserta maka penyelenggara dapat dengan mudah menyesuaikan skenario pembelajarannya.

Sebuah pertanyaan menggelitik, siapakah yang harus menyesuaikan pemanfaatan fungsi panca inderanya dalam sebuah kelas, apakah gurunya? Ataukah muridnya? 😁

 

Tertarik untuk mengetahui lebih jauh tentang kolaborasi dan peningkatan fungsi indera pembelajaran ini? Silahkan hubungi BPI. Info selengkapnya dapat diakses di www.bestplanterindonesia.com

 

Salam Perubahan, Salam Pembelajar Sejati….

Bagikan Artikel Menarik Ini, Pilih Platform Anda!

TRAINING vs MENTORING vs COACHING
CARA OTAK MENERIMA INFORMASI DARI PANCA INDERA

Penulis

Bambang