BAGIAN 2 – MANAJEMEN ASET FISIK

Oleh: Friyandito

Bidang ke-2 dari kemampuan Planter adalah kemampuan teknis pekerjaan. Bagaimana seorang Planter bisa menyelesaikan tugas yang diberikan manajemen perusahaan kepada nya dan mencapai target kerja yang sudah ditetapkan sebelumnya.

Dalam upaya menyelesaikan tugas dan mencapai target kerja ini, ada 5 kemampuan teknis pekerjaan (hardskill capability) yang harus dimiliki, yaitu:

  1. Manajemen Agronomi (Agronomy skill).
  2. Manajemen Aset Fisik dan Non Agronomi (Physical Asset Management & Non Agronomy Skill).
  3. Manajemen Anggaran (Budgeting)
  4. Manajemen Sosial (Social skillI)
  5. Manajemen Pekerja (Labour Management)

B. MANAJEMEN ASET FISIK

Aset fisik adalah segala macam benda yang dibutuhkan dan digunakan Planter untuk mempermudah dan memperlancar pekerjaan.

Aset fisik terbagi atas 5 jenis, yaitu:

  1. Aset infrastuktur (infrastructure), meliputi jalan, jembatan, parit, gorong-gorong, pintu air dan lainnya yang menunjang kelancaran aksesibilitas dikebun.
  2. Aset bangunan dan rumah (housing and building), meliputi rumah karyawan, kantor, gudang, bengkel, pos satpam, pondok hujan dan lainnya yang menjadi tempat berlindung dari panas dan hujan.
  3. Aset kendaraan dan alat berat (vehicle and heavy equipment), meliputi sepeda motor, mobil, truk, traktor, excavator, greder, vibro, backhoe loader dan lainnya yang membantu pemindahan orang dan material dari satu titik ke titik lain.
  4. Aset mesin dan alat penunjang (machine and plant equipment), meliputi genset, mesin air, mesin pompa angin, mesin las, alat pemotong rumput, chainsaw dan lainnya yang membantu meringankan pekerjaan manusia.
  5. Aset peralatan kantor dan perabotan rumah (furniture and fixture), meliputi meja, kursi, lemari, air conditioner (AC), rak arsip, kulkas, kipas angin, mesin fotokopi dan lainnya yang menjadi alat penunjang dan kenyamanan kerja.

Pengadaan aset fisik ini disebut Capital Expenditure (Capex) atau belanja aset. Sedangkan perawatan aset fisik ini termasuk ke dalam General Charges (GC) atau biaya umum.

Aset Fisik terkadang dibedakan dengan peralatan kerja, tergantung kebijakan Perusahaan. Perbedaannya terlihat pada tabel berikut.

No.ASET FISIKPERALATAN KERJA
1Memiliki kode asset di laporan asset dan laporan keuangan.Tidak memiliki kode asset, hanya pencatatan pembelian saja.
2Memiliki harga satuan diatas nilai minimal asset, misalkan Rp 1 juta/ unit.Memiliki harga satuan dibawah nilai minimal asset.
3Memiliki umur ekonomis >1 tahun, sehingga bisa disusutkan nilainya per tahun (depresiasi asset), misalkan umur ekonomis sepeda motor = 4 tahun, setiap tahun disusutkan 25% dari harga perolehan.Memiliki umur ekonomis <1 tahun, misalkan sepatu boots, seragam karyawan, alat tulis kantor.
4Perolehan barangnya dihitung satu paket, tidak partial, misalkan pembelian kursi kantor sebanyak 12 unit. Kursi kantor dimasukkan ke asset furniture dan fixture walaupun harga satuannya < 1 juta/unit.Perolehan barangnya partial, tidak cocok untuk dihitung paket. Misalnya aki mobil, ban mobil. Walaupun nilainya diatas 1 juta, tapi menjadi bahan wajib untuk kelengkapan kendaraan. Sehingga tidak tergolong asset, tapi tergolong bahan pendukung kerja.
5Bangunan atau rumah dalam pengerjaan bisa tegolong asset.
6Perawatan turun mesin (overhaul) kendaraan yang memperpanjang umur ekonomis, maka biaya overhaul bisa tergolong biaya capex.

Pengelolaan asset fisik Perusahaan bisa dilakukan oleh Divisi Asset Management atau langsung dibawah Departemen Akunting. Secara umum 1 tahun sekali Departemen Akunting pasti mengecek kondisi asset fisik yang ada diperusahaan, yaitu asset yang memiliki nomor registrasi di laporamn keuangan. Terkadang, pengecekan asset fisik bisa juga dilakukan 2x setahun (per semester).

Dalam pengelolaan asset fisik ini, beberapa pedoman yang bisa digunakan adalah:

  1. Pengecekan asset fisik dilakukan per nomor asset.
  2. Untuk setiap nomor asset dinilai kondisi assetnya, yaitu: baik – bisa digunakan/ sedang perbaikan / rusak permanen / tidak terpakai.
    Tidak terpakai artinya asset tersebut tidak sesuai lagi peruntukannya untuk kondisi saat ini.
    Akan lebih baik lagi jika kondisi asset diberi penilaian dalam bentuk persentase, seperti: baik (>70 – 100%), sedang perbaikan (>40 – 70%), rusak permanen (<40%).
  3. Setiap nomor asset ada kode penggunanya dan ada kode pengelolanya.
    Misal: mobil Innova, driver = Kadir, PIC = KTU (Kepala Tata Usaha).
    Traktor TRE01, operator = Karni, PIC = Ka. Teknik
  4. Setiap nomor asset memiliki umur ekonomis.
    Misal: TRE01, umur ekonomis = 8 tahun
    Berarti setiap tahunnya besaran penyusutan = 100% : 8 tahun = 12,5% per tahun.
  5. Setiap nomor asset memiliki tahun perolehan.
    Misal: TRE01 = TP 2020 (tahun Perolehan 2020)
    Tujuannya adalah untuk menentukan besaran penyusutan tahun ini (missal: 12,5%) dan sampai akhir tahun 2024 (sampai dengan tahun ke-4 akhir 2024, penyusutan = 50%).

Setiap kali pengecekan asset dibuatkan berita acara yang ditandatangani oleh petugas pengecek asset, PIC asset management, PIC pengguna site, KTU site dan Pimpinan Site.

Keberadaan asset fisik untuk kemudahan dan kelancaran kerja dapat dinilai tingkat efektivitas atau daya gunanya.

  1. Masa pakai (durability), yaitu lama pemakaian asset sebelum kerusakan permanen.
    Masa pakai alat dapat dibandingkan dengan umur ekonomis asset.
    Misal: masa pakai sepeda motor = 3 tahun dari umur ekonomis 4 tahun = 75%.
  2. Frekuensi pemakaian, biasanya dihitung hari pemakaian per bulan (usage per month). Seperti pemakaian alat berat = 10 hari dari 25 hari efektif dibulan maret, usage = 40%.
  3. Satuan pemakaian per bulan, misalkan KM/bulan atau HM/bulan.
    Misalkan: alat berat = 10 HM/hari x 25 hari efektif = 250 HM/bulan.
    Pemakaian alat berat bulan Maret = 50 HM vs 250 HM = 20%.
  4. Tingkat hunian (occupancy) untuk rumah.
    Misalkan: jumlah unit rumah = 100 pintu. Rumah yang dihuni = 90 pintu. Occupancy = 90%.

Dari analisa sederhana untuk tingkat efektivitas asset fisik ini, manajemen dapat mempertimbangkan apakah akan menambah jumlah asset fisik atau tidak, atau malah lebih baik menjualnya karena kurang bermanfaat.

Demikian artikel ini dibuat sebagai bahan referensi bagi para Planter, dan menjadi sedekah Jariyah dari Penulis. Aamiin.

Selamat berjuang Planter Indonesia Hebaaat.

Bagikan Artikel Menarik Ini, Pilih Platform Anda!

HARAPAN sebagai SUMBER SEMANGAT

Penulis

Friyandito