Oleh: Friyandito
Semangat pagi… pagi… pagi… pagi… luar biasa… tetap semangat…
Inilah slogan yang biasa disampaikan planter. Apa pun situasinya, tetap semangat, seperti kondisi di pagi hari, cuaca masih segar, pikiran masih jernih, fisik masih bugar.
Semangat ini sifatnya tidak stabil, suka naik turun, bahkan cenderung menurun di akhir waktu – baik di akhir hari (sore), akhir minggu (waktunya weekend), akhir bulan (ketika target belum tercapai), akhir tahun (ketika kaleidoskop tahunan kurang memuaskan). Maka muncul slogan, tahun baru semangat baru. Dari mana munculnya semangat ini? Tentunya dari Harapan.
Harapan ini seperti halnya bercocok tanam.
Ketika pak tani menanam benih, ada target waktu kapan benih tersebut bisa dipanen dan dijual. Inilah wujud harapan pertama. Selang beberapa waktu, benih memunculkan pucuk. Pucuk baru ini haruslah dirawat agar berkembang baik. Perawatan sepenuh hati inilah wujud harapan kedua. Benih berkembang baik menjadi bibit, bibit tumbuh dan berkembang, sampai waktunya berbuah. Buah yang muncul di jaga agar hasil panennya sesuai standar mutu. Inilah wujud harapan ketiga. Akhirnya buah bisa dipanen sesuai standar mutu, dan ditawarkan ke pasar. Mudah-mudahan bisa laku dijual dengan harga yang bagus. Inilah wujud harapan keempat.
Ketika pak tani bercocok tanam, maka hidupnya penuh dengan harapan.
Dibandingkan dengan dunia kerja Planter,
- Harapan pertama = ketersediaannya bahan baku, sarana prasarana atau sumber daya manusia untuk memulai pekerjaan.
- Harapan kedua = bisa melaksanakan proses kerja dengan baik dan lancar.
- Harapan ketiga = hasil kerja dapat mencapai target dan sesuai standar mutu yang sudah disepakati atau diatur Perusahaan.
- Harapan keempat = mendapat respon atau apresiasi positif dari lini pengguna hasil kerja (misalkan: level asisten, maka pengguna hasil kerjanya adalah Ka. Kebun atau Estate Manager).
Inilah Gambaran ideal yang menjadikan seorang Planter bisa tetap bersemangat dalam bekerja, karena harapan (ekspektasi) sesuai dengan kenyataan.
Sayangnya kondisi lapangan tidaklah seindah bayangannya. Terkadang, pekerjaan yang mau dikerjakan sumber dayanya minim dan terbatas, proses kerjanya sulit, target kerjanya terlalu tinggi dan atasan yang kurang mendukung. Nah, dengan kondisi seperti ini pastilah seorang Planter bekerja di bawah tekanan (under pressure). Bagaimana cara menyikapinya?
Jika mengandalkan logika (pemikiran) dan perasaan (mood), maka pekerjaannya tidak akan jalan. Pasti ada rasa malas, rasa cemas, rasa galau dan hal negatif lainnya. Ujung – ujungnya, tidak jadi melakukan pekerjaan atau malam lari dari pekerjaan.
- Cara pertama adalah berdamai dengan kondisi, menerima kondisi apa adanya, kemudian mulai menurunkan harapan (ekspektasi) hasil kerja. Dengan begini, maka beban pekerjaan sedikit berkurang, karena selisih (gap) antara harapan dan realita tidak lagi besar, tapi sudah mengecil.
- Cara kedua adalah mulai melangkah dengan apa yang dibisa. Dengan melangkah, maka ada progress yang dilakukan. Paksakan progresnya sampai pintu pembatas, setelah itu berserah diri (pasrah). Ketika usaha yang dilakukan sampai pada pintu pembatas, maka tidak ada lagi penyesalan dalam diri, karena inilah wujud usaha maksimal yang bisa saya lakukan. Mudah-mudahan pintu pembatasnya bisa terbuka dengan rahmat dari Yang Kuasa.
- Cara ketiga adalah menggunakan setiap peluang yang ada. Dicoba peluang A mentok sampai pintu pembatas. Dicoba lagi peluang B, mentok sampai pintu pembatas. Dicoba peluang C, mentok juga sampai pintu pembatas. Dicoba terus peluang D, E, F. Percayalah, bumi ini berputar, rezeki juga berputar. Dimana ada kesulitan, disitu juga ada jalan keluarnya, selama kita terus mencoba.
- Cara keempat adalah instrospeksi diri. Terkadang, Yang Kuasa membei kita kesulitan sebagai tanda-tanda alam agar kita tidak melangkah ke jalan tersebut. Beberapa kali dicoba tapi usahanya mentok terus, bisajadi rekeki kita tidak ada dijalan tersebut, tapi adanya dijalan lain. Maka Yang Kuasa memberi sinyal pada kita untuk beralih ke jalan yang lain.
Dari pembelajaran ini, kita sebenarnya diminta untuk terus berusaha, berproses, bekerja sesuai dengan apa yang kita bisa lakukan, dalam istilah agama disebut BERIKHTIAR. Selama harapan masih ada, kita teruslah berusaha. Ketika benar – benar mentok, maka kita berpasrah diri pada Yang Kuasa. Wilayah manusia adalah berikhtiar, hasil adalah wilayah Yang Kuasa.
Semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembaca.
Menjadi amal jariyah bagi penulis.
Aamiin.