Bidang ke-1 dari kemampuan Planter adalah pemahaman mengenai Budaya Planter, dengan segala konsekuensinya. Budaya Planter terbagi 3 tingkatan yaitu Budaya Perkebunan, Budaya Perusahaan dan Budaya Pimpinan. Kebanyakan Planter muda diajarkan tentang Budaya Perkebunan khususnya kelapa sawit, dicirikan oleh:

  • Areal kerja yang luas.
  • Mengomandoi banyak orang.
  • Mengurus banyak hal dalam satu waktu (multi tasking).
  • Waktu kerja 24 jam sesuai penyelesaian tugas harian.
  • Berkuasa penuh atas teritorial yang dipegang.

Kondisi di atas berlaku untuk lini operasional di perkebunan sawit, mulai dari level Mandor, Ka. Afdeling, Ka. Kebun, Estate Manager sampai General Manager. Untuk lini supporting tentunya beda lagi budaya kebunnya.

Di tingkat perusahaan, ada ciri khas masing – masing perusahaan yang unik sebagai jati diri perusahaan. Dicirikan oleh nilai – nilai (value) yang dikembangkan di perusahaan tersebut. Ada perusahaan dengan budaya Growth – Excellence – Integrity, Cost – Production – Output. Ada juga perusahaan dengan budaya Integrity – Quality – Responsibility. Budaya perusahaan ini menjadi pemersatu dan pengikat seluruh karyawan untuk bergerak dan berjuang bersama mencapai visi dan misi perusahaan.

Penilaian pemahaman budaya perusahaan oleh karyawan bisa dinilai dari KVI (Key Value Indicator), yaitu sejauh mana penerimaan dan adaptasi dari kepribadian dan soft skill karyawan terhadap budaya perusahaan. Sedangkan pencapaian target kerja karyawan bisa dilihat dari KPI (Key Performance Indicator). Dengan bahasa lain, KVI menilai tingkah laku (Attitude), dan KPI menilai kinerja (Productivity).

Dari referensi Bossman Mardigu, ada 4 perlakuan perusahaan terhadap karyawan, yaitu:

  • Jika Attitude nya bagus, Productivity nya naik, maka karyawan tersebut diberikan kesempatan untuk naik jabatan, bahkan dijadikan partner usaha dengan catatan pencapaiannya konsisten.
  • Jika Attitude nya bagus, Productivity nya turun, maka karyawan tersebut diberikan pelatihan, workshop agar bisa capai target.
  • Jika Attitude nya jelek, Productivity nya naik, maka karyawan tersebut besok dipecat. Karena tidak selaras lagi dengan budaya perusahaan.
  • Jika Attitude nya jelek, Productivity nya jelek, maka karyawan tersebut besok dipecat, HRD nya juga dipecat karena tidak becus rekrut karyawan.

Penerimaan karyawan haruslah berdasarkan Attitude-nya. Penghargaan kepada karyawan berdasarkan Productivity-nya.

Kasus penyalahgunaan kekuasaan, penyelewengan dana, manipulasi data dan kasus lainnya yang sering ditangkap internal audit berawal dari attitude yang jelek. Karyawan yang dipaksa mengundurkan diri (resign) atau dipecat atau kabur dari perusahaan pastilah karena bermasalah di attitude.

Budaya Planter selanjutnya terkait dengan Budaya Pimpinan. Dimana setiap pimpinan memiliki warna masing – masing. Warna dikaitkan dengan tampilan saat memimpin tim. Ada pimpinan yang suka ke lapangan, ada pimpinan yang suka meeting – meeting terus, ada pimpinan yang cuek. Pembawaan dari pimpinan ini terkait dengan kepribadian.

  • Koleris = pimpinan yang kuat menggerakkan tim , suka beri perintah, nge-boss.
  • Melankolis = Pimpinan yang teliti, teratur, detail.
  • Sanguinis = Pimpinan yang ceria, blak-blakan, cerewet.
  • Pleghmatis = Pimpinan yang santai, terkesan cuek.

Dengan mengetahui kepribadian pimpinan, berarti karyawan mengetahui kebiasaan pimpinan, mana hal – hal yang disukai dan mana hal – hal yang tidak disukai. Penyesuaian karyawan terhadap kepribadian pimpinan menjadi salah satu kunci kedekatan dengan pimpinan.

Kedekatan dengan pimpinan dilakukan selama attitude dari pimpinan ini bagus. Tak dipungkiri, hubungan karyawan dengan pimpinan menjadi faktor utama kebetahan bekerja di kebun. Tidak bisa menerima perlakuan dari pimpinan menyebabkan karyawan memilih keluar dari perusahaan, dengan harapan tidak ketemu lagi dengan pimpinan yang menyebalkan tersebut.

Padahal dilihat lebih jauh, budaya pimpinan berada di dalam lingkup budaya perusahaan. Selama perlakuan dari pimpinan tidak merugikan perusahaan baik secara materi maupun non materi, maka dianggap wajar oleh perusahaan. Karyawan diminta jangan baperan (bawa perasaan).

Berpegang pada hal ini saja juga tidak cukup, karena ada prinsip hidup yang dipegang setiap orang yang tidak boleh dilanggar oleh orang lain, siapapun orang lain tersebut termasuk pimpinan. Sederhananya, prinsip hidup universal terkait dengan SARA (Suku Agama Ras Adat), keluarga dan orang tua. Selama perlakuan yang diterima tidak menyangkut hal di atas, berarti belum melanggar prinsip hidup universal, bisa dimaklumi saja. Tetapi jika sudah menyangkut hal di atas, silakan ambil tindakan tepat dan terukur.

Jadi, karyawan yang mampu memahami dan beradaptasi dengan budaya Perkebunan, budaya perusahaan dan budaya Pimpinan akan diterima dengan baik di tempat kerja.

Bagikan Artikel Menarik Ini, Pilih Platform Anda!

BIDANG KEMAMPUAN SEORANG PLANTER
BIDANG KE-2 KEMAMPUAN TEKNIS PEKERJAAN: BAGIAN 1 – MANAJEMEN AGRONOMI

Penulis

Friyandito