Kata “mau” lawannya adalah kata “tidak mau”.
Ini sudah menjadi seleksi pertama untuk menjadi seorang Planter Muda.
MAU dalam tingkatan paling rendah adalah pernah terpikir.
Artinya informasi tentang Planter Muda ini sempat masuk dalam pikirannya, walaupun kemudian seiring waktu pikiran tersebut tertimpa informasi baru, dan akhirnya lupa.
MAU dalam tingkat menengah adalah mendapat informasi tentang Planter Muda secara reguler, tapi minim tindakan. Informasi ini hanya sebatas pengetahuan saja. Contoh konkretnya adalah ikut media sosial Planter sebagai silent reader. Mereka yang aktif mengumpulkan informasi masih termasuk tingkatan ini.
MAU dalam tingkat atas adalah berpikir dan bertindak layaknya planter, walaupun saat ini memang belum menjadi seorang Planter. Kebiasaan – kebiasaan planter yang dilakukan sehari – hari secara perlahan akan membentuk kepribadian, kepribadian ini terlihat dari cara bersikap dan bertingkah laku sehari – hari.
MAU dalam tingkat atas ini mungkin saja tidak disadari oleh calon Planter Muda. Namun cara bersikap dan bertingkah laku ini bisa dibaca oleh HRD perusahaan saat bertemu di sesi psikotes dan wawancara.
Menarik untuk dibahas lebih lanjut, apa saja kebiasaan – kebiasaan planter seorang Asisten?
- Memulai aktivitas sebelum matahari terbit (apel pagi jam 5 WIB).
Apel pagi ini dilakukan setiap hari selama masih menjadi seorang Planter. Bagaimanapun kegiatannya dimalam hari, jam 5 WIB tetap standby di lapangan untuk apel pagi (walau dengan mata merah habis begadang). Sudah rutin bangun pagi?
- Sore ini sudah membuat rencana untuk esok hari, yang disebut Rencana Kerja Harian (RKH), lengkap dengan kebutuhan sumber daya (tenaga kerja, material dan angkutan). Rencana kerja tentunya terkait upaya mencapai target kerja harian, target kerja mingguan, target kerja bulanan (versus Rencana Kerja Bulanan/ RKB), target kerja tahunan (versus Budget Kerja). Mampu menyusun rencana kerja = mampu membayangkan masa depan (penghayal yang baik). Besok mau kerjakan apa?
- Melaporkan hasil kerjanya setiap hari, berupa Laporan Harian Kerja (LHK) apa pun kondisinya. Apa yang sudah direncanakan di RKH, kemudian dikerjakan oleh tim pekerja, di akhir hari dibuatkan laporan (LH). Entah yang dikerjakan tim pekerja itu benar atau salah, tetap saja Planter Asisten yang harus mempertanggungjawabkannya. Risiko dikerjai oleh tim pekerja, risiko dimarahi atasan, risiko makan perasaan. Risiko bagian dari kerajaan Planter. Kemampuan mengelola risiko wajib dimiliki Planter. Siap hidup berdampingan dengan risiko?
- Tinggal di kebun, bekerja di kebun, rekreasi di kebun, semuanya di tempat yang sama dengan orang-orang yang sama. Kebosanan bisa jadi dialami oleh Planter Muda dalam 3 bulan pertama di kebun, dalam 1 tahun pertama di kebun. Kebanyakan tidak tahan dengan rasa terisolir atau hidup di area pedalaman (remote area). Bagaimana cara mengatasi kebosanan ketemu dia lagi dia lagi?
- Jauh dari keluarga, sanak saudara dan teman – teman. Kesempatan bertemu mereka adalah saat cuti. Untuk dinas luar kebun masih terbatas untuk Planter Baru. Rasa kangen ingin bertemu, kangen kampung halaman kadang membuat rasa sedih dihati ketika tidak terwujud. Walaupun sekarang ada teknologi untuk komunikasi secara online. Sudah kuat untuk jauh dari mereka semua?
- Pekerjaan sehari-hari sama semua, jenuh dan bosan karena itu lagi itu lagi. Setiap hari yang diurus kerjanya terkait panen, pupuk, semprot gulma dan lainnya. Secara ilmu dan pengetahuan lambat berkembangnya, walau secara pengalaman pasti bertambah. Apalagi jika sudah membandingkan kondisi Planter dengan teman – teman non Planter yang cerita ini itu. Bagaimana mengatasi jenuh dan bosan ini?
Masih banyak lagi kebiasaan Planter yang bekerja di kebun yang perlu diketahui sedari awal oleh calon Planter Muda. Supaya kemauan menjadi Planter bertambah kuat, dan bukannya melemah. Tunjukkan bahwa menjadi Planter Muda adalah jalan hidupku.
Semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembaca.
Menjadi amal Jariyah bagi penulis.
Aamiin.
